Bisakah Mengubah Sikap Pesimis Menjadi Optimis
Minggu, 02 Februari 2020
Tambah Komentar
Dalam hidup ini, kita
biasa menemui sekelompok orang yang pesimis dan kelompok lainnya yang optimis.
Tak hanya memengaruhi identitas karakter, dampak sikap optimis dan pesimis
ternyata memiliki dampak yang lebih jauh.
Sebuah studi menemukan,
bahwa sikap optimis bisa membuat kemungkinan panjang umur seseorang lebih
besar.
Studi yang dilakukan oleh
para ilmuwan dari Boston University School of Medicine menyimpulkan, bahwa
sikap optimis bahkan bisa membuat harapan hidup seseorang mencapai 85 tahun
atau lebih.
Studi itu bukanlah satu-satunya. Awal Agustus ini para peneliti dari University of Illinois menemukan bahwa sikap optimis bisa membuat tidur seseorang lebih nyenyak.
Studi itu bukanlah satu-satunya. Awal Agustus ini para peneliti dari University of Illinois menemukan bahwa sikap optimis bisa membuat tidur seseorang lebih nyenyak.
Studi lainnya yang
dilakukan pada 2015 juga bahwa orang-orang yang berpikiran positif memiliki
jantung yang lebih sehat. Semua orang pastinya ingin mendapatkan manfaat
tersebut. Namun pertanyaannya, apakah bisa kita membangun sikap optimis? Atau
kah sikap optimis adalah sesuatu yang muncul sejak kita dilahirkan?
Pelatih Program
Neuro-Linguistik, Rebecca Lockwood memiliki teori mengapa beberapa orang
memiliki sikap optimis yang lebih besar daripada individu lainnya sejak usia
muda.
Rebecca menjelaskan, dalam periode jejak kehidupan, antara usia lahir dan usia ketujuh, kita mengambil kepercayaan dari orang-orang sekitar kita, seperti orangtua, anggota keluarga lainnya, guru di sekolah, dan orang-orang lainnya di sekitar kita.
Sikap optimis juga bisa datang dari titik rendah dalam hidup, kehilangan atau sesuatu yang mengguncang norma. Situasi tersebut dapat membuat seseorang menjadi lebih positif dalam menghadapi hidupnya di masa depan, karena ingin hidup lebih bahagia dan ingin memiliki rasa 'cukup'. "Sehingga mereka merasa perlu membuat perubahan untuk menjadi lebih baik," katanya.
Rebecca menjelaskan, dalam periode jejak kehidupan, antara usia lahir dan usia ketujuh, kita mengambil kepercayaan dari orang-orang sekitar kita, seperti orangtua, anggota keluarga lainnya, guru di sekolah, dan orang-orang lainnya di sekitar kita.
Sikap optimis juga bisa datang dari titik rendah dalam hidup, kehilangan atau sesuatu yang mengguncang norma. Situasi tersebut dapat membuat seseorang menjadi lebih positif dalam menghadapi hidupnya di masa depan, karena ingin hidup lebih bahagia dan ingin memiliki rasa 'cukup'. "Sehingga mereka merasa perlu membuat perubahan untuk menjadi lebih baik," katanya.
Sikap optimis adalah
bagaimana kita terus berpikir positif dan penuh harapan tentang segala sesuatu
di masa depan. Bahkan ketika menghadapi situasi yang buruk, seseorang yang
optimis bisa melihat sisi positif dan percaya diri.
Menurut Rebecca, ini adalah
bagaimana kita bersikap atas suatu ketidakpastian. Hal ini bisa dipelajari dan
dibangun. "Kita semua bisa menjadikan diri pribadi yang optimis,"
katanya.
Dengan bersikap positif terhadap masa depan dan bersyukur atas apa yang telah dimiliki dalam hidup, kita bisa merasa lebih positif dari hari ke hari, serta berharap segala sesuatunya bisa berjalan dengan baik.
Namun, ketika pikiran kita negatif, segala sesuatunya akan terasa melelahkan. Penting pula untuk diingat, bahwa kita tidak perlu setiap waktu berpikir positif tentang semua hal. Optimisme tetap harus realistis.
Dengan bersikap positif terhadap masa depan dan bersyukur atas apa yang telah dimiliki dalam hidup, kita bisa merasa lebih positif dari hari ke hari, serta berharap segala sesuatunya bisa berjalan dengan baik.
Namun, ketika pikiran kita negatif, segala sesuatunya akan terasa melelahkan. Penting pula untuk diingat, bahwa kita tidak perlu setiap waktu berpikir positif tentang semua hal. Optimisme tetap harus realistis.
Normal jika kamu merasa sedih atau kecewa, bahkan jika kamu merasa sudah
menjadi pribadi yang optimis. Namun, ketika situasi yang sulit tiba, mereka
yang bersikap optimis akan cenderung mampu melalui masa-masa itu dengan lebih
mudah dan disertai pikiran positif.
Psikolog Hope Bastine
meyakini, penting untuk menganggap optimisme tidak sebagai tipe kepribadian,
melainkan sebagai cara berpikir. Menurutnya, kita tidak bisa mengubah tipe
kepribadian namun kita bisa mengubah gaya berpikir kita.
"Jadi, kamu bisa mengubah pola pikir
pesimis menjadi optimis," ujarnya.
Caranya, adalah dengan
mengidentifikasi pola pikir pesimis yang biasa muncul secara otomatis,
menelusuri perasaan-perasaan yang terhubung dengan pikiran tersebut, menyadari
alternatifnya dan mengubah pola pikir negatif menjadi positif. Kemudian, cek
apakah cara tersebut berhasil. "Semakin sering kita mempraktikannya, akan
semakin cepat pola pikir tersebut menjadi pola pikir alami kita," kata
Bastine.
Psikolog konsultan dan
Co-founder The Chelsea Psychology Clinic, Dr Elena Touroni mengatakan, menjadi
seorang yang optimis adalah bagaimana kita mampu memanfaatkan dan melatih dua
kualitas penting, yaitu:
1. Bersyukur Kita bisa melatih
pikiran kita untuk lebih perhatian dengan hal-hal positif yang kita alami.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Bisakah Mengubah Sikap Pesimis Menjadi Optimis?", https://lifestyle.kompas.com/read/2019/08/28/064924120/bisakah-mengubah-sikap-pesimis-menjadi-optimis?page=all
Belum ada Komentar untuk "Bisakah Mengubah Sikap Pesimis Menjadi Optimis "
Posting Komentar