Sejarah Kota Tangerang
Kamis, 30 Januari 2020
Tambah Komentar
Kota
Tangerang adalah sebuah kota yang terletak di Provinsi Banten, Indonesia, tepat
di sebelah barat kota Jakarta, serta dikelilingi oleh Kabupaten Tangerang di
sebelah utara dan barat.
Tangerang
merupakan kota terbesar di Provinsi Banten serta ketiga terbesar di kawasan
perkotaan Jabotabek setelah Jakarta. Saat ini Kota Tangerang dipimpin oleh H.
Arief Rachadiono Wismansyah, BSc.,Mkes sebagai walikota Tangerang dan Drs. H.
Sachrudin sebagai wakil walikota Tangerang.
Kota
Tangerang terdiri atas 13 kecamatan, yaitu Batuceper,
Benda, Cibodas, Ciledug, Cipondoh, Jatiuwung, Karangtengah, Karawaci, Larangan,
Neglasari, Periuk, Pinang, Tangerang, yang dibagi lagi atas sejumlah 104
kelurahan. Dahulu Tangerang merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Tangerang,
kemudian ditingkatkan statusnya menjadi kota administratif, dan akhirnya
ditetapkan sebagai kotamadya pada tanggal 28 Februari 1993. Sebutan ‘kotamadya’
diganti dengan ‘kota’ pada tahun 2001.
Dulu bernama
Tanggeran. Menurut tradisi lisan yang menjadi pengetahuan masyarakat Tangerang,
nama daerah Tengerang dulu dikenal dengan sebutan Tanggeran yang berasal dari
bahasa Sunda yaitu tengger dan perang. Kata “tengger” dalam bahasa Sunda
memiliki arti “tanda” yaitu berupa tugu yang didirikan sebagai tanda batas wilayah
kekuasaan Banten dan VOC, sekitar pertengahan abad 17.
Oleh sebab
itu, ada pula yang menyebut Tangerang berasal dari kata Tanggeran (dengan satu
g maupun dobel g). Daerah yang dimaksud berada di bagian sebelah barat Sungai
Cisadane (Kampung Grendeng atau tepatnya di ujung Jalan Otto Iskandar Dinata
sekarang). Tugu dibangun oleh Pangeran Soegiri, salah satu putra Sultan Ageng
Tirtayasa. Pada tugu tersebut tertulis prasasti dalam huruf Arab gundul dengan
dialek Banten, yang isinya sebagai berikut :
Bismillah peget Ingkang Gusti
Diningsun juput parenah kala Sabtu
Ping Gasal Sapar Tahun Wau
Rengsena Perang nelek Nangeran
Bungas wetan Cipamugas kilen Cidurian
Sakebeh Angraksa Sitingsung Parahyang-Titi
Terjemahan dalam bahasa Indonesia :
Dengan nama Allah tetap Maha Kuasa
Dari kami mengambil kesempatan pada hari Sabtu
Tanggal 5 Sapar Tahun Wau
Sesudah perang kita memancangkan Tugu
Untuk mempertahankan batas Timur Cipamugas
(Cisadane) dan Barat yaitu Cidurian
Semua menjaga tanah kaum Parahyang
Sedangkan
istilah “perang” menunjuk pengertian
bahwa daerah tersebut dalam perjalanan sejarah menjadi medan perang antara
Kasultanan Banten dengan tentara VOC. Hal ini makin dibuktikan dengan adanya
keberadaan benteng pertahanan Kasultanan Banten di sebelah barat Cisadane dan
benteng pertahanan VOC di sebelah Timur Cisadane. Keberadaan benteng tersebut
juga menjadi dasar bagi sebutan daerah sekitarnya (Tangerang) sebagai daerah
Benteng. Hingga masa pemerintahan kolonial, Tangerang lebih lazim disebut
dengan istilah “Benteng”.
Menurut
cerita yang berkembang di masyarakat, sekitar tahun 1652, benteng pertahanan
Kasultanan Banten didirikan oleh tiga maulana (Yudhanegara, Wangsakara dan
Santika) yang diangkat oleh penguasa Banten. Mereka mendirikan pusat
pemerintahan kemaulanaan sekaligus menjadi pusat perlawanan terhadap VOC di
daerah Tigaraksa. Sebutan Tigaraksa, diambil dari sebutan kehormatan kepada
tiga maulana sebagai tiga pimpinan (tiga tiang/pemimpin). Mereka mendapat
mandat dari Sultan Agung Tirtoyoso (1651-1680) melawan VOC yang mencoba
menerapkan monopoli dagang yang merugikan Kesultanan Banten. Namun, dalam
pertempuran melawan VOC, ketiga maulana tersebut berturut-turut gugur satu
persatu.
Perubahan
sebutan Tangeran menjadi Tangerang terjadi pada masa daerah Tangeran mulai
dikuasai oleh VOC yaitu sejak ditandatangani perjanjian antara Sultan Haji dan
VOC pada tanggal 17 April 1684. Daerah Tangerang seluruhnya masuk kekuasaan
Belanda. Kala itu, tentara Belanda tidak hanya terdiri dari bangsa asli Belanda
(bule) tetapi juga merekrut warga pribumi di antaranya dari Madura dan Makasar
yang di antaranya ditempatkan di sekitar benteng. Tentara kompeni yang berasal
dari Makasar tidak mengenal huruf mati, dan terbiasa menyebut “Tangeran” dengan
“Tangerang”. Kesalahan ejaan dan dialek inilah yang diwariskan hingga kini.
Sebutan
“Tangerang” menjadi resmi pada masa pendudukan Jepang tahun 1942-1945.
Pemerintah Jepang melakukan pemindahan pusat pemerintahan Jakarta (Jakarta Ken)
ke Tangerang yang dipimpin oleh Kentyo M Atik Soeardi dengan pangkat Tihoo Nito
Gyoosieken seperti termuat dalam Po No. 34/2604. Terkait pemindahan Jakarta Ken
Yaskusyo ke Tangerang tersebut, Panitia Hari Jadi Kabupaten Tangerang kemudian
menetapkan tanggal tersebut sebagai hari lahir pemerintahan Tangerang yaitu
pada tanggal 27 Desember 1943. Selanjutnya penetapan ini dikukuhkan dengan
Peraturan Daerah Tingkat II Kabupaten Tangerang Nomor 18 Tahun 1984 tertanggal
25 Oktober 1984.
Belum ada Komentar untuk "Sejarah Kota Tangerang"
Posting Komentar