Rawa Kompeni, Legenda Kepermaian Danau dan Peperangan
Kamis, 30 Januari 2020
Tambah Komentar
Burhanudin, Ketua Silat Seliwa Benda, berdiri di tepi Rawa Kompeni menunjukan kepermaian rawa tersebut. |
RAWA Kompeni begitulah nama sebuah rawa yang unik yang ada di wilayah Kelurahan Benda, Kecamatan Benda, Kota Tangerang. Dari namanya saja sudah bisa dibayangkan nama rawa ini mengandung legenda masa penjajahan Belanda dengan tentaranya yang disebut Kompeni.
Rawa ini memang menyimpan cerita kepermaian alaminya yang dahulu kala dimasa penjajahan Belanda, mampu mengundang kedatangan tentera Belanda yang biasa disebut Kompeni untuk bersantai sejenak seusai berpatroli mengamankan tanah jajahannya sampai ke pinggiran Batavia.
Danau alami ini sesuai legenda memiliki areal sangat luas dan sangat permai, tutur Burhanudin, Ketua Silat Seliwa di RT 04/RW 01 Kelurahan Benda, Sabtu (22/7/2017). Burhan yang membawa ProBENTENG ke lokasi Rawa Kompeni menunjuk kepermaian danau yang memang sangat terasa dihembus silir-silir angin berair.
Disebabkan kepermaiannya maka para Kompeni senang bersantai sejenak di tengah tugasnya berpatroli kawasan Kecamatan Benda yang menjadi lokasi pinggiran Batavia. Rombongan Kompeni dengan berkuda atau bermobil, dari legenda itu, selalu menyempatkan diri bersantai di rawa ini selepas patroli.
Bahkan, papar Burhanudin, disebabkan keseringan mereka bersantai maka mereka pun sempat membangun lokasi-lokasi sederhana untuk bersantai. Sesuai tutur cerita, hampir di setiap harinya ada saja Kompeni dalam jumlah cukup banyak datang ke rawa tersebut.
Kebiasaan ini, akhirnya dipahami benar para penjuang Indonesia yang memiliki tugas mengamankan kawasan Benda. Dalam suatu serangan dadakan para pejuang pun membantai sejumlah kompeni yang sedang bersantai dan mayatnya dibiarkan mengambang di rawa ini.
Konon peristiwa penyerangan ini berulangkali dilakukan para pejuang yang disebut-sebut dipimpin seorang tokoh yang bisa menghilang. Tentu saja, Belanda tak tinggal diam maka pula sesekali terjadi perang antara pejuang dengan Kompeni.
Atas kejadian itu, akhirnya rawa yang sebelumnya belum bernama disebut Rawa Kompeni. Sejak itu pula, masyarakat Benda takut mendatangi rawa ini, selain karena takut terlibat peperangan, juga mulai berkembang keseraman di lokasi pembantaian itu.
Burhanudin mengutarakan sampai tahun 1980-an, warga Benda masih takut datang ke Rawa Kompeni. Akhirnya, rawa inipun banyak ditumbuhi ilalang dan pohon liar, serta banyak lintahnya.
Namun, seiring dibangunnya Bandara Sokearno-Hatta yang berlokasi dekat kawasan rawa, akhirnya kawasan Rawa Kompeni tak lagi dianggap menakutkan. Bahkan disebut-sebut sebagian lahan rawan terpakai pembangunan Jalan Tol Bandara.
Belakangan ini, bagian-bagian rawa pun mulai dikembangkan masyarakat menjadi rumah makan, bahkan menjadi bagian dari kawasan pusat bisnis modern.
Meskipun begitu, nama Rawa Kompeni masih menjadi legenda bagi masyarakat Kecamatan Benda dan Kota Tangerang. [hayat]
Belum ada Komentar untuk "Rawa Kompeni, Legenda Kepermaian Danau dan Peperangan"
Posting Komentar