SEJARAH PERTOLONGAN PERTAMA


Pada perang di Solferino (1859), Henry Dunant sebagai pelopor Gerakan Palang Merah telah memperkenalkan teknik pertolongan pertama saat darurat, Bersama penduduk sipil dan para sukarelawan dibantu oleh dinas kesehatan dari kedua belah pihak yang berperang melakukan tindakan dasar pertolongan pada korban luka dan sakit. Tindakan tersebut diantaranya adalah pembalutan, penghentian pendarahan, pembidaian dan lain-lain. Dan hal ini sekarang dikenal sebagai tindakan Pertolongan Pertama.
Saat perang merebut kemerdekaan di Indonesia, peristiwa di Solferino tersebut menginsipirasi para pemuda dan tokoh-tokoh kesehatan untuk mendirikan organisasi palang merah. Seperti kita ketahui, saat itu pendirian organisasi dilarang karena sudah berdiri “Nederlandsch Indiche Roode Kruis” yang kemudian menjadi “Nederlanche Rode Kruis Afdeling Indonesie” atau Palang Merah Belanda Bagian Indonesia. Tokoh-tokoh tersebut semata-mata ingin memberikan bantuan kepada korban perang yang berkecamuk di Indonesia. Akhirnya mereka mendirikan badan serupa bernama PEKOPE, yaitu singkatan dari “Penolong Korban Perang”. Kegiatan utama PEKOPE adalah memberikan pertolongan pertama pada korban luka dan sakit. Sebenarnya Palang Merah Belanda waktu itu sudah sejak lama melakukan kegiatan pertolongan pertama dan sakit pada korban perang terutama tentara Hindia Belanda yang sedang memerangi raja-raja pribumi. Sehingga teknik pertolongan pertama telah berkembang sejak lama. Kemudian sejak itu di Indonesia dikenal singkatan E.H.B.O atau lengkapnya adalah “Eerste Hulp Bij Ongeluken” yang artinya Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK).
Kemudian menjelang Perang Dunia Ke-2, Palang Merah Belanda pada waktu itu mulai banyak melatih pegawai-pegawai kantor dan Mahasiswa Kedokteran dalam keterampilan E.H.B.O sebagai persiapan melawan tentara Jepang. Pada saat pendudukan Jepang, PEKOPE meningkatkan kegiatan dalam melatih pemuda-pemuda Indonesia dalam keterampikan PPPK yang kemudian singkatan tersebut menjadi lebih populer dari E.H.B.O.
Setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, maka beberapa tokoh PEKOPE mempersiapkan regu-regu penolong PPPK. Satu bulan kemudian, 17 September 1945 lahir Palang Merah Indonesia (PMI), yang dalam kerja pertamanya adalah membuat regu-regu penolong yang bernama “Mobile Collone”. Anggota Mobile Collone adalah para pemuda-pemudi yang dilatih oleh dokter dan perawat dari rumah sakit di daerahnya masing-masing. Hal itu berdasarkan dari intruksi pertama Markas Pusat PMI agar dokter-dokter di daerah membentuk cabang dan membuat regu penolong. Tujuannya adalah untuk persiapan menghadapi peperangan Agresi Ke-II di berbagai daerah. Sejak itulah PPPK dikenal, walaupun masih dipandang sebagai kebutuhan dari organisasi PMI. Seiring perkembangan jaman, maka PPPK juga dibutuhkan oleh masyarakat di luar PMI karena kecelakaan bisa terjadi dimana-mana, tidak hanya pada saat perang.

(Indonesian Red Cross Museum, dari berbagai sumber. Foto: Pelatihan PPPK untuk Palang Merah Pemuda/Arsip PMI)


Belum ada Komentar untuk "SEJARAH PERTOLONGAN PERTAMA"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel