12 Penyebab Diare dari Ringan hingga Serius yang Perlu Diwaspadai!

Diare adalah salah satu gangguan pencernaan yang paling umum. Kondisi ini dapat mengindikasikan berbagai penyakit dari yang ringan hingga serius. Apa saja yang menjadi penyebab diare? Simak berbagai penyebab diare dan juga tips mengatasi diare berikut ini!
Penyebab Diare
Diare membuat konsentrasi feses menjadi lebih cair. Dalam beberapa kasus, frekuensi buang air besar juga dapat meningkat ketika kita mengalami diare.
Diare sering kali tidak serius dan dapat sembuh dengan cepat. Namun apabila diare berat dan terjadi cukup lama, diare bisa jadi menandakan gangguan pencernaan serius.
Berikut adalah beberapa penyebab diare yang wajib untuk diwaspadai!

1. Konsumsi Makanan

Penyebab diare yang paling umum pertama adalah konsumsi makanan tertentu.
Beberapa jenis makanan dan minuman memang dapat memicu diare, karena terdapat beberapa jenis makanan yang tidak bisa diterima oleh usus dalam jumlah banyak. Toleransi makanan pada setiap orang juga biasanya berbeda-beda.
Contohnya seperti makanan pedas yang membuat Anda diare, belum tentu membuat orang lain diare. Hal ini dapat disebabkan karena Anda memiliki toleransi yang lebih rendah pada makanan pedas dan dapat juga dipengaruhi oleh faktor lainnya.
Selain makanan pedas, konsumsi alkohol, kopi, dan magnesium dalam jumlah tinggi juga dapat menyebabkan diare. Dalam kasus lain, diare disebabkan oleh konsumsi gula seperti gula alkohol atau laktosa.
Gula alkohol adalah gula yang ditemukan dalam sayur-sayuran, buah-buahan, hingga perasa buatan. Gula alkohol dalam jumlah besar tidak dapat dicerna oleh usus kecil secara efisien sehingga kemudian menyebabkan diare.
Produk berbasis susu yang mengandung laktosa juga dapat menyebabkan diare. Laktosa adalah jenis gula yang terkandung dalam susu. Sebagian orang merasakan diare ketika mengonsumsi laktosa dalam jumlah banyak.
Terdapat juga kondisi di mana seseorang tidak dapat mengonsumsi laktosa sama sekali. Kondisi ini disebut intoleransi laktosa yang salah satu gejalanya ditandai dengan diare.
Makanan lain yang dapat menyebabkan diare adalah makanan dengan kandungan serat tinggi. Serat dapat membantu melancarkan pencernaan, namun konsumsi serat yang berlebihan juga dapat menyebabkan diare.

2. Efek Samping Obat

Penggunaan obat-obatan tertentu juga dapat menjadi penyebab diare, diare ini disebut dengan diare yang diinduksi obat
Diare ini biasanya dimulai sejak awal penggunaan obat dimulai. Jenis obat-obatan yang dapat menyebabkan diare meliputi:
  • Antasida
  • Suplemen dengan kandungan magnesium
  • Obat antiinflamasi nonsteroid
  • Obat kemoterapi
  • Antibiotik
  • Obat untuk mengontrol detak jantung tidak teratur
  • Obat untuk tekanan darah tinggi
Obat-obatan yang dapat menyebabkan diare tidak selalu menyebabkan diare, namun setiap orang yang mengonsumsinya perlu waspada terhadap efek samping ini. Diare disebabkan oleh obat biasanya juga tidak berbahaya dan tidak membutuhkan penanganan khusus.
Diare umumnya dapat hilang setelah penggunaan obat dihentikan. Konsultasikan dengan dokter apabila Anda mengalami gejala yang serius dan mengganggu selama mengonsumsi obat-obatan tertentu.

3. Infeksi atau Keracunan Makanan

Keracunan makanan disebabkan oleh konsumsi makanan yang terkontaminasi organisme penyebab infeksi – bakteri, virus, parasit – atau toksinnya.
Makanan olahan dapat terkontaminasi pada saat proses produksi. Sedangkan makanan rumahan juga dapat mengalami kontaminasi apabila tidak diolah dengan cara yang benar. Makanan yang dikonsumsi mentah berpotensi besar terkontaminasi.
Diare disebabkan oleh keracunan makanan biasanya muncul beberapa jam setelah makan, tapi dalam beberapa kasus terdapat juga gejala yang muncul beberapa hari atau bahkan beberapa minggu kemudian. Kemunculan gejala bergantung pada jenis patogen yang menyebabkan infeksi.
Jenis virus yang paling sering menyebabkan diare antara lain seperti virus Norwakl, cytomegalovirus, virus hepatitis, dan rotavirus (menyebabkan diare akut pada anak).
Sedangkan bakteri penyebab diare yang paling umum adalah E. coli. Bakteri lain yang mungkin menyebabkan diare adalah Clostridium difficile yang dapat menyebabkan infeksi serius.
Gejala lain yang muncul adalah seperti mual dan muntah. Kondisi ini biasanya dapat membaik dengan sendirinya dalam beberapa hari.
Jika muncul gejala lain yang lebih parah seperti tinja berdarah, kram perut, dan demam, Anda dapat berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.

4. Irritable Bowel Syndrome

Irritable bowel syndrome (IBS) atau sindrom iritasi usus adalah gangguan pada usus besar yang cukup umum.
Kondisi ini dapat menyebabkan diare atau konstipasi, biasanya keduanya muncul secara bergantian. Gejala lainnya yang muncul adalah seperti sakit perut, kembung, gas dalam perut, dan feses berlendir.
IBS termasuk kondisi kronis yang membutuhkan penanganan jangka panjang. Umumnya mengatur pola makan, mengelola stres, dan menerapkan gaya hidup sehat lainnya dapat membantu mengatasi gejala IBS. Sedangkan makanan yang salah, stres, dan perubahan hormon biasanya memperburuk gejala.
Penyebab IBS tidak diketahui secara pasti, tapi kondisi ini dapat dipicu oleh beberapa faktor seperti kontraksi otot di usus, kelainan saraf, peradangan usus, infeksi bakteri atau virus, dan perubahan bakteri di dalam usus.
Jika Anda mengalami diare yang berulang dan bergantian dengan sembelit dan gejala IBS lainnya, konsultasikan dengan dokter untuk mengetahui apakah Anda mengalami IBS.

5. Penyakit Crohn

Penyakit Crohn adalah peradangan pada usus yang dapat menyebar hingga ke dalam lapisan-lapisan jaringan usus.
Kondisi ini dapat muncul di area yang berbeda-beda pada saluran pencernaan. Penyakit ini dapat menimbulkan komplikasi yang mengancam jiwa. Penyebab penyakit Crohn juga tidak diketahui dengan jelas.
Menurunnya sistem imun yang kemudian dipicu dengan infeksi virus dan bakteri diduga dapat menjadi pemicu penyakit ini. Seseorang yang memiliki riwayat keluarnya dengan penyakit Crohn juga biasanya berpotensi lebih tinggi terkena penyakit ini.
Selain diare, gejala umum penyakit Crohn lainnya adalah seperti demam, kelelahan, nyeri perut, buang air besar berdarah, sariawan, hilang nafsu makan, penurunan berat badan, dan fistula ani.

6. Penyakit Celiac

Penyakit Celiac adalah kondisi di mana sistem pencernaan tidak dapat menerima asupan gluten, protein yang ditemukan dalam gandum dan sejenisnya.
Ketika seseorang mengidap kondisi ini, konsumsi gluten dapat memicu respons kekebalan di usus kecil. Reaksi ini akan merusak lapisan usus kecil jika dibiarkan dalam waktu yang lama. Ketika lapisan usus rusak, penyerapan nutrisi dapat terganggu.
Kerusakan usus ini yang kemudian memicu diare dan gejala lainnya seperti sakit perut, kelelahan, kembung, mula dan muntah, hingga sembelit. Penyakit Celiac juga terkadang menyebabkan gejala di luar gangguan pencernaan seperti anemia, osteoporosis, ruam kulit, sakit kepala, nyeri sendi, dan banyak gejala lainnya.
Penyakit ini berpotensi menyebabkan komplikasi serius seperti malnutrisi, pelemahan tulang, masalah keguguran, intoleransi laktosa, kanker, dan gangguan sistem saraf.

7. Kolitis Ulseratif

Kolitis ulseratif adalah penyakit radang susu yang menyebabkan munculnya radang atau luka jangka panjang pada saluran pencernaan.
Kondisi ini biasanya memengaruhi lapisan terdalam usus besar dan rektum. Diare dapat menjadi salah satu gejala dari kondisi ini. Gejala kolitis ulseratif biasanya tidak langsung parah, tapi berkembang seiring waktu.
Penyebab kondisi ini juga belum jelas diketahui, namun kerusakan sistem kekebalan tubuh diduga sebagai salah satu penyebab. Seperti gangguan pencernaan lain, faktor makanan dan stres diduga dampak memperburuk kondisi ini.
Diare disebabkan oleh kolitis ulseratif sering kali disertai dengan darah atau nanah. Selain itu, beberapa gejala lain seperti nyeri atau kram perut, nyeri dubur, keinginan buang air besar meningkat, penurunan berat badan, kelelahan, dan demam juga dapat muncul.
Pada anak-anak, kolitis ulseraratif dapat mengganggu pertumbuhan.

8. Dumping Syndrome

Dumping syndrome adalah kondisi yang berkembang setelah operasi pada bagian perut, termasuk operasi pengangkatan organ atau jaringan pada perut dan operasi by-pass perut. Terkadang operasi kerongkongan juga dapat menyebabkan kondisi ini.
Sindrom ini terjadi, ketika makanan bergerak dari perut ke usus kecil dengan terlalu cepat. Kondisi ini dapat menyebabkan diare dan nyeri perut setelah 10-30 menit setelah makan. Namun dalam beberapa kasus, gejala baru muncul 1-3 jam setelah makan.
Kondisi ini dapat dicegah dengan cara mengubah pola makan, apabila Anda memang baru melakukan operasi perut. Mengurangi porsi akan dan membatasi konsumsi makanan tinggi gula biasanya dapat membantu.
Apabila perubahan pola makan tidak dapat mengatasinya, Anda dapat berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.

8. Pankreatitis Kronis

Kondisi lainnya yang dapat menjadi penyebab diare adalah pankreatitis kronis.
Pankreatitis kronis adalah kondisi di mana pankreas mengalami kerusakan permanen dan tidak dapat bekerja. Kondisi ini disebabkan oleh peradangan pankreas yang terjadi secara berulang.
Penyebab paling umum kondisi ini adalah konsumsi alkohol yang berlebihan. Kondisi ini dapat menyebabkan nyeri perut bagian atas dan diare. Pada kondisi yang lebih parah, pankreatitis kronis juga dapat menyebabkan malnutrisi dan penurunan berat badan.
Apabila pankreas hancur, pasien dapat mengembangkan diabetes melitus. Perawatan pankreatitis kronis bergantung pada gejalanya. Umumnya penanganan seputar manajemen nyeri dan dukungan nutrisi.

10. Malabsorpsi Asam Empedu

Ketika usus tidak dapat menyerap asam empedu dengan baik, kondisi ini disebut dengan malabsorpsi asam empedu.
Asam empedu yang berlebihan di usus ini kemudian menyebabkan diare dan tinja berair. Diare disebabkan kondisi ini sering disebut dengan diare asam empedu.
Diare merupakan gejala utama kondisi ini. Gejala lain yang mungkin muncul adalah kembung dan keinginan untuk buang air besar yang meningkat.
Obat-obatan dan pola makan yang sehat dapat membantu mengatasi kondisi ini.

11. Hipertiroid

Hipertiroid adalah kondisi di mana kelenjar tiroid terlalu aktif dan menghasilkan terlalu banyak hormon tiroksin.
Tiroid adalah kelenjar kecil berbentuk kupu-kupu yang ada di pangkal leher, tepatnya di bawah jakun. Kelenjar ini memiliki peran penting dalam kesehatan Anda karena seluruh aspek metabolisme tubuh diatur oleh hormon tiroid.
Hipertioroid dapat disebabkan oleh beberapa kondisi seperti peradangan pada kelenjar tiroid, penyakit Graves, atau penyakit Plummer.
Diare dapat menjadi gejala hipertiroid, meskipun bukan merupakan gejala utama. Gejala lain yang mungkin muncul adalah seperti detak jantung tidak teratur, gugup dan cemas, tremor, berkeringat, perubahan pola menstruasi, sensitivitas terhadap panas meningkat, kesulitan tidur, dan banyak gejala lainnya.

12. Fibrosis Kistik

Fibrosis kistik adalah penyakit genetik biasanya memengaruhi paru-paru dan saluran pencernaan.
Perubahan gen pada kondisi fibrosis kistik, menyebabkan pembentukan lendir yang lebih tebal dan lengket dari biasanya. Lendir yang sulit keluar dari paru-paru ini kemudian dapat menyebabkan kesulitan bernapas dan menyebabkan infeksi paru-paru parah.
Lendir ini juga mengganggu fungsi pankreas dan mencegah enzim memecah makanan dengan baik. Masalah pencernaan ini dapat menyebabkan masalah pencernaan seperti diare dan malnutrisi.
Fibrosis kistik merupakan kondisi serius yang membutuhkan penanganan khusus. Kondisi ini juga termasuk kondisi yang mengancam jiwa.
Perubahan gaya hidup yang lebih sehat umumnya dapat meredakan gejala kondisi ini.

Cara Mengatasi Diare

Cara mengatasi diare harus disesuaikan dengan penyebab diarenya. Kondisi ini dapat menyebabkan dehidrasi, sehingga pertolongan pertama dibutuhkan untuk meringankan gejala.
Berikut adalah beberapa perawatan di rumah yang bisa dilakukan untuk mengatasi diare:
  • Minum banyak cairan. Anda dapat minum air putih, jus, atau sup untuk mengganti cairan tubuh yang hilang. Konsumsi alkohol dan kafein sebaiknya dihindari.
  • Konsumsi makanan setengah padat dan rendah serat secara bertahap. Beberapa makanan yang direkomendasikan seperti roti, telur, nasi, dan ayam.
  • Hindari konsumsi makanan tertentu. Beberapa jenis makan yang sebaiknya dihindari ketika diare adalah seperti produk susu, makanan berlemak, makanan berserat tinggi, dan makanan dengan banyak bumbu.
  • Gunakan obat antidiare. Terdapat beberapa jenis obat diare yang dijual bebas yang dapat Anda gunakan sebagai pertolongan pertama terhadap diare.
  • Konsumsi probiotik. Probiotik dapat membantu mengembalikan keseimbangan saluran pencernaan.
Diare dapat menjadi kondisi yang ringan, namun dalam beberapa kasus dapat juga mengindikasikan penyakit yang serius. Apabila diare tidak membaik dalam waktu 2-3 hari dan disertakan dengan gejala lain, segera konsultasikan diri Anda ke dokter.



Belum ada Komentar untuk "12 Penyebab Diare dari Ringan hingga Serius yang Perlu Diwaspadai!"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel