Henry Dunant, Pendiri Palang Merah yang Sempat Terabaikan

Dia hanya menjadi sekretaris pendirian Palang Merah
Setiap tanggal 8 Mei seluruh dunia memperingati hari Palang Merah Internasional. Organisasi ini merupakan salah satu organisasi kemanusiaan yang ada di dunia dan telah berkali-kali mendapatkan penghargaan Nobel. Walaupun bukan organisasi resmi Perserikatan Bangsa-Bangsa, organisasi telah banyak memberikan bantuan ke seluruh dunia tanpa pandang bulu.
Bukti dari itu, sang pendiri, Henri Dunant mendapatkan penghargaan Nobel perdamaian perdana (1901) bersama Frederic Passy. Di balik itu semua, terdapat sebuah kisah yang membuat Henri Dunant tergugah untuk membuat suatu organisasi kemanusiaan yang tidak mengenal latar belakang korban.

1. Terlahir dari keluarga yang memiliki jiwa sosial yang tinggi

Keluarga Henry Dunant memiliki pengaruh di Jenewa, Swiss. Terlahir dengan nama Jean Henry Dunant, sejak kecil telah memiliki jiwa sosial. Di balik kesibukan mengurusi bisnis, keluarga Henry Dunant menyempatkan waktu untuk bersosial.
Sang ayah aktif dalam melayani anak-anak yatim dan napi yang bebas bersyarat. Sedangkan sang ibu aktif melayani orang-orang yang sakit dan miskin. Dari hal itu, Henry Dunant pun tergugah hatinya melayani masyarakat.
Sebelum berkecimpung dalam dunia palang merah, Henry Dunant telah bergabung dalam organisasi kemanusiaan yang ada di kota kelahiran sekaligus dibesarkan, Jenewa. Nama organisasi tersebut bernama Perhimpunan Amal Jenewa atau Geneva Society for Alms Giving yang diikutinya pada saat berusia 18 tahun. Setahun kemudian, ia bersama teman-temannya mendirikan organisasi kemanusiaan bernama Thursday Association yang berfokus pada perkabaran Injil dan melayani orang sakit.
Selain mendirikan organisasi, Henry Dunant merupakan salah satu tokoh penting dalam pendirian organisasi pemuda Kristen yang ada di Jenewa. Ia juga memperjuangkan organisasi tersebut agar diakui secara internasional.

2. Memulai karir sebagai tenaga magang

Sebelum dikenal sebagai pengusaha filantropis, Henry Dunant memulai karirnya sebagai tenaga magang di Lullin et Sautter. Alasan buruk pada akademis, Henry Dunant bekerja pada perusahaan tersebut hingga menjadi pegawainya. Salah satu yang menarik dalam karirnya adalah mengunjungi Aljazair.
Ia ditugaskan perusahaan untuk melayani koloni yang ada di daerah Setif, Aljazair. Memiliki pengalaman yang minim, Dunant berhasil melakukan pelayanan tersebut dan dirampungkan dalam buku yang berjudul Notice sur la Régence de Tunis atau Kisah tentang Daerah di Tunisia (saat itu Setif masih daerah Tunisia). Setelah merampungkan buku tersebut, ia mendedikasikan diri untuk membangun usaha jagung di negara tersebut dengan nama Société financière et industrielle des Moulins des Mons-Djémila atau Perusahaan Keuangan dan Industri Penggilingan Mons-Djémila.
Karena kondisi di negara tersebut kurang mendukung mendirikan perusahaannya, ia pun meminta bantuan kepada Napoleon III, kaisar Perancis pada masa itu. Dari kunjungan tersebut merupakan cikal bakal nama Henry Dunant dikenal sebagai Bapak Palang Merah Internasional.

3. Peristiwa peperangan sehari Solferino telah mengubah rencananya

Seperti sudah dijelaskan, Dunant meminta ijin untuk legalitas perusahaannya yang ada di Aljazair. Pada saat ingin bertemu Napoleon III di Solferino, daerah Italia, ia melihat pertempuran darah yang terjadi pada tanggal 24 Juni 1859. Banyak korban yang berjatuhan, baik yang sakit, terluka, hilang, ataupun meninggal.
Melihat hal itu, ia pun tergerak hatinya melayani korban tersebut dan melupakan rencana untuk bertemu Napoleon III. Dalam peristiwa sehari itu, mengubah cara pandangnya dan membuat buku berjudul Souvenir de Solferino (A Memory of Solferino) atau Kenangan Solferino pada tahun 1862.

4. Pelayanan Solferino tersebut menjadi titik balik pendirian Palang Merah
Peluncuran buku Kenangan dari Solferino ternyata diberi tanggapan positif oleh seorang presiden Perhimpunan Jenewa untuk Kesejahteraan Umum bernama Gustave Moynier. Ia pun mengajak Henri Dufour, Louise Appia, dan Theodore Maunior untuk mendirikan organisasi kemanusiaan yang berdasarkan buku ditulis Dunant itu. Organisasi tersebut bernama ICRC (International Commitee of Red Cross) atau Komisi Internasional Palang Merah.
Dinamakan Palang Merah karena menghargai negara Henry Dunant, Swiss, dengan pembalikan warna bendera negaranya. Dalam organisasi tersebut, Henry Dunant menjadi sekretaris dan pada tanggal 22 Agustus 1864, organisasi tersebut disahkan oleh 12 negara dengan menghasilkan keputusan bernama Konvensi Jenewa.

5. Namanya sempat dilupakan sejak pendirian organisasi Palang Merah

Meski menjadi orang penting dalam pendirian Palang Merah Internasional, nyatanya Henry Dunant tidak merasa dilibatkan dalam organisasi tersebut. Sejak awal pendirian, Henry Dunant dan Gustave Moynier memiliki perbedaan paham. Dunant menginginkan organisasi kemanusiaan itu tanpa latar belakang tetapi bagi Gustave Moynier itu sangat sulit dijalankan. Terlebih lagi pada saat Henry Dunant mencalonkan diri sebagai ketua, Gustave Moynier pun bersitegang kepadanya dan mencari cara menggagalkannya sebagai ketua.
Karena perbedaan tersebut, kehidupan Henry Dunant hancur. Bisnisnya dinyatakan bersalah dalam kasus bangkrutnya perusahaan keuangan Credit Genevois. Ini dijadikan Gustave Moynier sebagai alat untuk menyingkirkan Henry Dunant. Awalnya Henry Dunant mundur menjadi sekretaris sampai akhirnya benar-benar dikeluarkan dari ICRC.
Yang lebih sedihnya, Gustave Moynier melakukan segala cara mempersulit hidup Henry Dunant. Dimulai dari medali emas Sciences Morales di Pekan Raya Dunia Paris dan tawaran Napoleon III untuk membantu pelunasan utangnya yang digagalkan oleh Moynier.

6. Meskipun hidupnya memprihatinkan, Henry Dunant masih berkecimpung dalam dunia kemanusiaan
Dalam hidup serba kekurangan, Dunant masih menggalakkan program kemanusiaan. Sebut saja Perhimpunan Bantuan Kemanusiaan Bersama (Allgemeine Fursorgegesellschaft), Aliansi Bersama Untuk Bantuan Dan Kemanusiaan (Allgemeine Allianz fur Ordnung und Zivilation) dan mengupayakan pembentukan perpustakaan dunia yang di kemudian hari dikenal sebagai UNESCO.
Meskipun giat dalam bidang kemanusiaan, nyatanya Dunant nyaris dilupakan dalam sejarah pembentukan Palang Merah. Beberapa pengangkatannya sebagai anggota kehormatan Palang Merah berbagai negara tidak serta merta lepas dari jeratan utang dan hidup miskin. Malah teman dekatnya pun menjauhinya.

7. Di balik kehidupannya yang memprihatinkan, masih ada yang peduli kepadanya

Meskipun hidupnya terlunta-lunta, nyatanya masih ada yang peduli padanya. Salah satu kerabatnya Dunant memberikan uang bulanan. Ia pun semakin tenang hidupnya sampai didatangi oleh seorang pria bersama istrinya. Willhelm Sonderegger dan Susanna tertarik dengan kisah hidupnya. Awalnya bersahabat namun renggang karena Dunant berspekulasi Sonderegger dan Moynier sama-sama menentangnya. Meskipun begitu, Dunant bersedih ketika Sonderegger meninggal.
Berkat Sonderegger, seseorang bernama Georg Baumberger tertarik akan kisahnya dan menuliskan artikel tentangnya. Artikel tersebut membuat Dunant mendapatkan banyak bantuan. Sebut saja Hadiah Binet-Fendt Swiss, bantuan dari janda tsar Rusia Maria Feodorovna, dan sumbangan lainnya.
Puncaknya pada tahun 1901, ia mendapatkan penghargaan Nobel Perdamaian bersama Frederic Passy yang juga rekannya ketika di Aliansi Bersama Untuk Bantuan dan Kemanusiaan. Yang membuat ia menjadi pemenang Nobel adalah Hans Daae, seorang dokter militer Norwegia yang mengirimkan karya Robert Muller mengenai Henri Dunant ke Panitia Nobel.

8. Menjadi paranoid di sisa hidupnya

Nyatanya, uang dari penghargaan Nobel tidak dipakai olehnya. Hans Daae menyimpan uang sebesar 104.000 franc Swiss itu di sebuah bank di Norwegia dan mencegah uang tersebut ditagih oleh kreditornya. Di balik penghargaan itu, Henry Dunant pun menjadi paranoid. Ia menjadi takut kepada Gustave Moynier dan kreditornya mengejar-ngejarnya. Selain itu, kadang-kadang ia menyuruh juru masak panti jompo mencicipi makanan di depannya untuk memastikan tidak diracuni.
Tanggal 30 Oktober 1910 merupakan hari terakhir sang pendiri Palang Merah. Sang tokoh kelahiran 8 Mei 1828 itu pin dimakamkan di Kompleks Pemakaman Sihlfeld Zurich, Swiss tanpa penghormatan. Dalam surat wasiatnya sebagian bantuannya yang didapatkan digunakan untuk kegiatan kemanusiaan dan tidak lupa membayar sebagian utangnya kepada kreditor.
Atas apresiasinya terhadap Palang Merah, hari ulang tahun Dunant 8 Mei dijadikan sebagai hari Palang Merah Internasional. Panti jompo yang pernah menjadi di tempat sisa hidupnya dijadikan museum.
Perjuangan Henry Dunant dalam membentuk Palang Merah patut diapresiasi. Sempat dilupakan karena perbedaan paham dengan Gustave Moynier, tidak mematahkan semangat Henry Dunant dalam membantu manusia padahal ia sendiri terlilit utang, hidup miskin, dan akhirnya hayatnya tinggal di panti jompo. Dan penghargaan Nobel adalah salah satu pembuktian bahwa Henry Dunant menolong sesama tanpa mengenal latar belakang yang ditolong.

Belum ada Komentar untuk "Henry Dunant, Pendiri Palang Merah yang Sempat Terabaikan"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel